Internet Addiction
Minggu ke 5
INTERNET ADDICTION
Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu teknologi yang
berkembang pesat saat ini adalah internet. Internet
digunakan sebagai media bagi siapapun, kapanpun dan dimanapun untuk memperoleh atau mengakses informasi apapun dengan
mudah dan cepat. Hanya dengan mengetikkan kata kunci di form yang
disediakan, pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternatif dan
pilihan informasi yang diperlukan.
Internet tidak hanya memberikan keuntungan, tetapi juga bisa memberikan
kerugian bagi penggunanya apabila tidak digunakan secara bijak. Salah satu
permasalahan dari penggunaan internet yang menjadi sorotan para ahli psikologi
adalah mengenai internet addiction (kecanduan internet). Sebagai sebuah
topik kajian yang relatif baru, istilah internet addiction memperoleh
tanggapan yang serius serius dari kalangan akademik setelah istilah tersebut
dimunculkan oleh Kimberly Young pada tahun 1996 (Young, 1999).
Menurut Young (1996), seseorang bisa disebut kecanduan
pada internet apabila individu tersebut menunjukkan perilaku-perilaku tertentu.
Perilaku-perilaku tersebut dibuat berdasarkan pada kriteria-kriteria kecanduan
berjudi (pathological gambling) yang dapat membedakan antara orang yang
kecanduan pada internet dan yang tidak sampai kecanduan. Seorang pengguna internet
sudah dapat digolongkan sebagai pecandu internet bila ia memenuhi sedikitnya
lima dari delapan kriteria yang disebutkan oleh Young.
Young membagi kecanduan internet kedalam 5 kategori, yaitu :
a. Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelusuran
dalam situs-situs porno atau cybersex secara kompulsif
b. Cyber-relationship addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam
pertemanan melalui dunia cyber
c. Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situs-situs
perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cybercasino)
d. Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situs-situs
informasi secara kompulsif
e. Computer addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada
permainan-permainan online (online games).
sejumlah gejala pola
perilaku telah dicantumkan oleh Kimberley Young, seorang peneliti
tentang kecanduan internet, untuk menentukan
apakah seseorang sudah digolongkan sebagai pecandu. Simtom
itu adalah sebagai berikut:
1. Pikiran pecandu
internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan
sulit untuk dibelokkan ke arah lain
2. Adanya kecenderungan
penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi
meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan
sebelumnya
3. yang bersangkutan
secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan
penggunaan internet
4. Adanya perasaan
tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang
bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet
5. Adanya kecenderungan
untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan
6. Penggunaan internet
itu telah membawa risiko hilangnya relasi yang berarti,
pekerjaan, kesempatan studi, dan karier.
7. Penggunaan internet
menyebabkan pengguna membohongi keluarga, terapis, dan orang lain
untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan
dengan internet
8. Internet digunakan
untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan
perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan,
depresi, dan sebagainya
Seorang pengguna sudah dapat digolongkan sebagai
pecandu internet bila ia memenuhi sedikitnya lima dari
delapan kriteria yang disebutkan Young ini. Dari
gambaran yang diajukan oleh Young ini, nampak bahwa kecanduan
pada internet memberi dampak kerusakan pada tiga fungsi utama
kepribadian, yakni fungsi pengendalian perasaan, fungsi akademis dan
pekerjaan, dan fungsi relasi. Dengan kata lain, kecanduan internet berpotensi
melumpuhkan kepribadian individu. Bila perkiraan 11% pengguna
adalah pecandu internet merupakan perkiraan yang cukup akurat,
dapat dibayangkan bagaimana hebatnya dampak kerusakan yang terjadi
pada lingkup nasional bila pengguna internet di Indonesia telah melebihi
25 juta orang.
Kecanduan
pada internet juga memberi dampak negatif yang besar pada
sisi spiritual. Pertama, menjadi pecandu internet berarti menyerahkan
hidup kepada internet untuk mengontrol diri kita. Ini berarti
bahwa kita telah menjadi hamba dari internet. Kedua, pecandu internet sering
mengawali proses kecanduan dan menggulirkan kecanduannya itu
dengan kebohongan. Dari data yang bias diperoleh,
terlihat bahwa kira-kira 50% orang berbohong mengenai usianya,
bobot tubuhnya, pekerjaannya, status pernikahannya, dan juga jenis
kelaminnya.28 Ketika menjadi pecandu, kemungkinan berbohong semakin
meluas karena mereka harus menyembunyikan kegagalanmenyelesaikan tugas dan
kewajibannya akibat berinternet. Selain membohongi orang
lain, pecandu juga kerap mendustai diri dengan mengatakan bahwa
internet tidak berbahaya, dan apa yang dilakukannya tidak
mencederai siapa pun. Ketiga, akibat kecanduan internet
adalah kerusakan pada diri dan hubungan dengan Tuhan. Keinginan
untuk berinternet menyebabkan orang mengesampingkan perhatian
kepada diri secara sehat dan mengalihkan perhatian sehingga
menjauh dari hal-hal rohani. Kecanduan dapat membuat
seseorang mengembangkan sifat buruk, misalnya kemalasan,
kebiasaan menghindar dari masalah, berfantasi, tidak pedulidan kurang
bertanggung jawab. Kepribadian bisa bertambah buruk karena
kecanduan internet. Kelima,
internet merupakan media buat pecandu untuk mengobarkan fantasi
yang tunduk kepada hawa nafsu kedagingan dan pemujaan diri sendiri.
Beberapa orang sulit menahan diri dari keterlibatan berdosa dengan
permainan di internet atau perselingkuhan. Beberapa lainnya terobsesi
terhadap dirinya sendiri sehingga menjadikan internet sebagai menara
Babel bagi dirinya. Popularitas di Facebook dan komentar teman seolah
memompa penghargaan diri seseorang melampaui realitas diri yang sebenarnya.
Online game membantu pecandu membentuk identitas diri sebagaimana
yang diinginkannya dan yang kemudian juga dipujanya sendiri. Keenam,
kecanduan pada internet bertentangan dengan aspek buah Roh,
yakni pengendalian diri. Pada pecandu, kendali diri seolah tidak lagi berada
di tangannya sendiri. Betapapun kuatnya ia berusaha, siklus kegagalan
dan keberhasilan mengontrol diri menjadi rutin dengan tingkat kekambuhan
yang tinggi. Ketujuh, kecanduan membuat relasi pecandu dengan
orang lain menjadi buruk. Perhatian pecandu yang semata-mata
tertuju pada kesenangan diri dan internet membuatnya kurang
peduli dengan kebutuhan orang lain. Ia cenderung asyik dengan
dunianya sendiri. Selain itu menurut Edward T. Welch30, salah satu
ciri utama pecandu adalah menyalahkan orang lain. Sudah pasti pecandu
tidak dapat memenuhi perintah untuk mengasihi karena
kecanduannya
Referensi :
Young, K.S. (1996).
Internet addiction : The emergence of a new clinical disorder. Published in CyberPsychology and Behavior, Vol. 1 No.
3., pages 237-244
Tidak ada komentar:
Posting Komentar